Orang Islam Jahat Vs Orang Kafir Baik

 OLEH: Abu Aqif


Antara kesalahan yang biasa kita lakukan adalah membandingkan orang Islam yang jahat dengan orang kafir yang baik.

Sepatutnya, bandingkanlah orang Islam yang baik dengan orang kafir yang baik, dan bandingkanlah orang Islam yang jahat dengan orang kafir yang jahat.

Ukuran jahat atau zalim itu mestilah diikuti dengan dalil. Jika ikut dalil, yang paling jahat sudah tentulah orang kafir kerana mereka mensyirikkan Allah. Mensyirikkan Allah adalah perkara yang paling zalim, paling jahat di sisi Allah di mana dosanya adalah yang paling besar dan dia akan dimasukkan ke neraka, tidak akan keluar, kekal di dalamnya.


"Wahai puteraku, janganlah berbuat syirik kepada Allah, kerana sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang sangat besar." [QS. Luqman : 13].


Ibnu Mas'ud رضي الله عنه bertanya kepada Nabi, "Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?" Maka beliau menjawab, "Iaitu engkau mengangkat tandingan/sekutu bagi Allah (dalam beribadah) padahal Dia lah yang telah menciptakanmu. [HR. Bukhari dan Muslim].


"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa yang berada di bawah tingkatan syirik bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya [QS. An Nisaa’ : 48 dan 116].


"Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari kalangan ahli kitab dan orang-orang musyrik berada di dalam neraka Jahannam dan kekal di dalamnya, mereka itulah seburuk-buruk ciptaan." [QS. Al Bayyinah : 6].


Jika di sisi Allah orang kafir yang baik pun akan kekal di dalam neraka, apa hak kita untuk mengatakan orang Islam yang jahat itu lebih buruk dari orang kafir?

Sekaligus membuktikan orang Islam yang jahat itu sebenarnya lebih mulia dari orang kafir yang baik kerana sisa imannya kepada Allah yang masih teguh dalam hatinya.

Berhati-hatilah memuliakan orang kafir. Namun tidaklah kita anjurkan menjadi orang jahat, cuma pointnya di sini, menjadi orang Islam adalah perkara paling mulia, iman kepada Allah walaupun sebesar biji sawi itu lebih berharga dari seisi dunia ini.


[Gerakan PENA Malaysia]




Comments