OLEH: Ustaz Rikrik Aulia Rahman
Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh
---------------------------
Inilah profil singkat, Syaikh. Beliau ulama yang ‘aliy (tinggi) sanadnya, mu’ammar (panjang umurnya), dan masih hidup sampai ini ditulis, dari kalangan ulama Najd dan juga keturunan dari Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullahu. Beliau adalah Syaikh Mu’amar al-Musnid Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq bin Abdurrahim bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahab at-Tamimi an-Najdi. Beliau lahir tahun 1330 H, jadi umurnya sekarang ini sekitar 106 tahun menurut perhitungan hijriyah.
Syaikh kita ini hidup dilingkungan ulama dan keluarganya dekat dengan ulama, itulah sebabnya sejak kecil beliau telah belajar kepada ulama-ulama ternama, baik dirayah waupun riwayah. Ini juga yang menjadi sebab asanid beliau termasuk yang ‘aliy dari sisi riwayah, karena sejak kecil beliau memiliki kesempatan belajar kepada ulama-ulama senior.
Ketika umurnya masih belasan tahun, beliau menjumpai langsung Syaikh Hamad bin Faris, saat Syaikhnya ini meninggal usia Muhammad alu Syaikh baru 15 tahun (w. 1345 H). Beliau belajar darinya, melalui as-sama’, al-ardh dan ijazah. Khatam dihadapannya Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, sebagaimana beliau mendengar darinya kitab-kitab fiqh, nahwu, dan mendengar darinya musalsal bil Awwaliyah dan Musalsal Hanabilah, kemudian diberi ijazah ammah. Musalsal Hanabilah adalah hadits yang diriwayatkan secara bersambung sampai sekarang, sedangkan semua perowinya bermazhab Hanbali yang terus tersambung sanadnya sampai Imam Ahmad. Pada sanad syaikh Hamad yang ‘aliy melalui Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab al-Hanbali dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah al-Hanbali.
Syaikh Hammad bin Faris ini meriwayatkan dari Syaikh Abdurrahman bin Hasan alu Syaikh cucu dari Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab yang meriwayatkan dari kakeknya secara qira’at dan ijazah. Jalan ini menjadikan antara Syaikh kami dan Imam Muhammad bin Abdul Wahab diperantarai 2 perowi saja. Maka siapa sekarang ini yang seperti guru kami Muhammad alu Syaikh?.
Beliau juga meriwayatkan dari Syaikh Muhadits al-Faqih Sa’ad bin Hamad bin Atiq (w. 1349 H) . Menurut syaratnya Syaikh mendengar Musalsal bil Awwaliyah dari Syaikh Sa’ad. Musalsal ini memiliki syarat musalsal, yaitu jika hadits ini adalah hadits yang pertama kali didengar dari gurunya. Dan Syaikh Muhammad bin Abdurrahman alu Syaikh memenuhi syarat ini dari gurunya Syaikh Sa’ad, begitu pula Syaikh Sa’ad dari gurunya Syaikh al-Qadhi Muhammad bin Abdul Aziz al-Ja’fari, begitu pula Syaikh al-Ja’fari dari gurunya al-Allamah Abdul Haq al-Muhamadi yang meriwayatkan dengan syaratnya dari Imam Syaukani rahimahullahu terus musalsal sampai Sufyan bin Uyainah.
Disamping musalsal tadi, beliau membaca kepada Syaikh Sa’ad bin Atiq berbagai macam kitab mulai dari tauhid, fiqh, ilmu hadits dan juga diberi ijazah ammah, sehingga beliau sah meriwayatkan dari jalannya semua riwayatnya. Kepada Syaikh Sa’ad pula beliau sempat membacakan hampir 2/3 dari Shahih Bukhori dan sisanya ijazah, yang mana Syaikh Sa’ad telah membaca kamil kepada Syaikh al-Kull Nadzir Husein ad-Dihlawi yang meriwayatkan secara musalsal sama’i sampai kepada Imam Bukhori.
Syaikh Sa’ad Hamad Atiq ini dikenal dengan ketinggian sanadnya, karena beliau meriwayatkan secara langsung dari masyaikh yang tinggi sanadnya. Mulai dari Bapaknya (w. 1301 H), Syaikh Nadzir Husein ad-Dihlawi (w. 1320 H), Syaikh Husein bin Muhsin al-Anshari al-Yamani, Syaikh Sayyid Shadiq Hasan Khan al-Qanuji (w. 1307 H), Syaikh Ahmad bin Ibrahim bin Isa (w. 1329 H), Syaikh Muhammad Basyir as-Sahsawani (w. 1326 H), Syaikh Abu Syu’aib ad-Dukkali (w. 1356 H), dan lainnya.
Kehebatan Syaikh kami ini juga, diantaranya karena beliau meriwayatkan dari Syaikh Al-Faqih, Al-Qadhi Al-Allamah Al-Muhadits Muhammad bin Abdul Latif bin Abdurrahman Alu Syaikh (w. 1367 H). Beliau membaca kepadanya Kitab Tauhid, At-Thahawiyah, Al-Wasithiyah, kitab-kitab hadits dan lainnya termasuk musalsal bil awwaliya, dan ijazah aamah. Melalui jalan ini musalsal keluarga Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab tanpa terputus dengan ijazah dan qira’at.
Sebagai tambahan Syaikh kami juga meriwayatkan kepada Syaikh Ro’is Al-Qadhi Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh (w. 1389 H), mendengar dari beliau musalsal bil awwaliya dan memberinya ijazah aamah. Tercatat hanya tiga orang yang meriwayatkan dari Syaikh Muhammad bin Ibrahim dengan ijazah ammah, salah satu diantaranya Syaikh kami ini.
Pada Majelis Sama’I lewat Ghurfah Ibn Sholah kepada guru kami Syaikh al-Mu’ammar Muhammad bin Abdurrahman alu-Syaikh ini, sengaja kami membacakan Awail Abdullah al-Bashri karena mengetahui riwayat ‘aliy diatas. Riwayat guru kami, menjadikan antara beliau dengan al-Bashri hanya terpaut 3 perowi, sedangkan antara kami dan al-Bashri 4 Perowi. Beliau juga ‘aliy kepada banyak imam yang utama seperti kepada Syah Waliyullah ad-Dihlawi (terpaut 4 perowi), Imam asy-Syaukani (3 Perowi) dan lainnya.
Kemudian Syaikh mengijazahi kami ammah secara lisan di Majelis itu, dan bagiku tertulis lewat wakilnya Syaikh al-Musnid Muhammad Ziyad at-Tuklah dalam ijazahnya.
Syaikh kami sudah sejak lama sakit karena usianya, dan majelis kami –sependek yang kami tahu- adalah majelis terakhirnya. Beliau dirawat secara intensif di Rumah Sakit di Riyadh. Semoga Allah menjaganya, memberkahi umurnya dan memberinya husnul khatimah, amiin
___________________________
~ Ustaz Rikrik Aulia Rahman ~
Unit Asatizah
Telegram: https://t.me/gerakanpenamy
Instagram: https://www.instagram.com/gerakanpenamy
_____________________________
Comments
Post a Comment