OLEH: Abu Amru Radzi Othman
Allah menceritakan kepada kita tentang kaum Tsamud yang memiliki kemahiran memahat bukit batu:
"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. Dia berkata: "Hai kaumku, beribadah kepada Allah, sekali-kali tidak ada Ilah (yang haq) bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Rabbmu. Unta betina Allah ini menjadi menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun, (yang kerananya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih". Dan ingatlah olehmu di waktu Allah menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan. Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka: "Tahukah kamu bahawa Soleh diutus (menjadi Rasul) oleh Rabbnya?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Soleh diutus untuk menyampaikannya" . Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu". Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Rabb. Dan mereka berkata: "Hai Soleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah)". Kerana itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan ditempat tinggal mereka". (al-A’raaf: 73-78)
Kaum Tsamud ini menetap di Wadi Al Qura, diantara Madinah dan Tabuk. Kota tersebut turut dikenal sebagai Madain Saleh, yang mana ia disebut sebagai Al Hijr dalam teks Islam.
Rasulullah saw pernah melewati Madain Saleh ini ketika Baginda hendak menuju ke Tabuk pada tahun kesembilan Hijrah.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Umar, dia berkata: "Rasulullah ketika sedang berada di Hijr (daerah kaum Tsamud), baginda bersabda: "Janganlah kalian masuk ke tempat orang-orang yang disiksa itu kecuali jika kalian dalam keadaan menangis. Jika tidak dapat menangis, maka janganlah kalian memasukinya, dikhawatirkan kalian tertimpa seperti apa yang telah menimpa mereka" (HR Ahmad)
Madain Saleh ini dihuni oleh suku Arab Thamud sekitar 3000 tahun SM. Mereka mensyirikkan Allah. Maka Allah meminta Nabi Allah Saleh mengajak mereka kepada tahuid yang murni namun mereka meminta sebuah bukti akan kebenaran Nabi Saleh itu adalah utusan Allah.
Nabi Saleh itu adalah dari keturunan yang terpandang. Ahli sanad menyenaraikan salasilah keturunan Nabi Saleh seperti berikut: Saleh bin Ubayd bin Masih bin Ubayd bin Hadir bin Tsamud bin Athir bin Iram bin Sam bin Nuh.
Allah mengkhabarkan kepada kita akan ucapan kaum Tsamud tentang kedudukan Nabi Saleh dalam Kalam-Nya yang qadim, bukan makhluk atau majaz atau terjemahan Jibril seperti keyakinan ahli kalam:
"Dan kepada kaum Tsamud, kami utuskan saudara mereka: Nabi Saleh. Dia berkata: "Wahai kaumku! Sembahlah kamu akan Allah! Sebenarnya tiada Tuhan bagi kamu selain daripada-Nya. Dia lah yang menjadikan kamu dari bahan-bahan bumi, serta menghendaki kamu memakmurkannya. Oleh itu mintalah ampun kepada Allah dari perbuatan syirik, kemudian kembalilah kepada-Nya dengan taat dan tauhid. Sesungguhnya Tuhanku sentiasa dekat, lagi sentiasa memperkenankan permohonan hamba-Nya". Mereka menjawab dengan berkata: "Wahai Saleh, sesungguhnya engkau sebelum ini adalah orang yang diharap dalam kalangan kami (untuk memimpin kami); patutkah engkau melarang kami daripada menyembah apa yang disembah oleh datuk nenek kami? Dan (ketahuilah) sesungguhnya kami berada dalam keadaan ragu-ragu yang merunsingkan tentang apa yang engkau serukan kami kepadanya" (Hud: 61 - 62)
Kaum Tsamud mengusulkan supaya Nabi Saleh mengeluarkan seekor unta betina yang sedang hamil dari sebongkah batu besar yang keras yang mereka dapat melihat kejadian tersebut dengan mata kepala mereka. Batu besar yang dimaksudkan itu adalah Batu Al Kaatibah, terletak di sisi Hijr.
Lalu Nabi Saleh membuat perjanjian bersama mereka dimana mereka harus beriman kepada Allah setelah permintaan mereka ditunaikan lantas merekapun mengikat perjanjian.
Kata Ibn Katsir: "Setelah mereka memberikan sumpah dan janji kepadanya, maka Nabi Saleh pun berdiri mengerjakan solat dan berdoa kepada Allah. Kemudian batu itu pun bergetar, lalu retak dan keluarlah darinya seekor unta betina yang sedang hamil, yang janinnya bergerak-gerak di antara kedua sisinya, seperti yang mereka minta".
Setelah itu Junda' bin Amr - salah seorang pemimpin kaum Tsamud pun beriman diikuti para pengikutnya.
Saudara sepupu kepada Junda' iaitu Syihab bin Khalifah bin Muhilat bin Labid bin Haras turut ingin memeluk Islam bersama para pemimpin kaum Tsamud yang lainnya. Namun kemudian datang beberapa orang dari kaum tersebut yang menghalangi mereka. Antara yang menghalahi hasrat mulia tersebut adalah Dzu'ab bin Amr bin Labid, Rabab bin Sha’ar bin Jalhas dan Al Hubab yang merupakan pemilik dan penjaga berhala. Akhirnya Syihab - saudara sepupu Junda' - pun kekal dalam kesesatan.
Seorang muslim dari kaum Tsamud bernama Mihwasy bin Atsamah bin Ad Damil berkata:
"Dan sekelompok orang dari keluarga Amr, menyeru Syihab agar memeluk agama Nabi.
Dia seorang yang amat mulia dari seluruh kaum Tsamud, pun berminat memenuhi.
Seandainya dia memenuhi, niscaya Saleh menjadi terhormat di tengah-tengah kami.
Dan kerana Nabi, mereka tidak memihak Dzu'ab.
Tetapi orang-orang sesat dari penduduk Hijr, berpaling pergi setelah mendapat petunjuk" (Ibn Katsir, Tafsir Al Azim)
Watak Al Hubab ini nampaknya persis seperti tabiat para tokoh agama yang mengajak manusia kepada jalan yang menyimpang dan menakut-nakutkan manusia dari mengikuti mazhab Salaf yang merupakan mazhab Ahlu Sunnah yang sebenar.
Kepada kaum Tsamud yang masih kufir, Nabi Saleh berkata: "Dan wahai kaumku! Ini adalah unta betina dari Allah untuk kamu sebagai tanda (mukjizat) yang membuktikan kebenaranku. Oleh itu, biarkanlah ia mencari makan di bumi Allah dan janganlah kamu menyentuhnya dengan sesuatu yang menyakitinya, (kalau kamu menyakitinya) maka kamu akan ditimpa azab seksa yang dekat masa datangnya" (Hud: 64)
Sungguh unta betina itu merupakan makhluk yang menakjubkan dan bersaiz sangat besar sehingga ditakuti binatang ternak untuk mendekat.
Setelah unta tersebut melahirkan seekor anak, maka Kaum Tsamud diingatkan agar membiarkan unta tersebut bebas berkeliaran dan unta tersebut akan minum selang sehari. Ketika giliran unta tersebut minum air maka kaum Tsamud dilarang mengambil air sukur sebaliknya dibenarkan untuk mengambil susu unta.
Allah berfirman: "Dan beritahukanlah kepada mereka bahawa sesungguhnya air itu dibahagi antara mereka (dengan unta tersebut). Tiap-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang punya giliran)"
(Al Qamar: 28)
Dan firmanNya juga: "(Saleh menjawab:" Ini seekor unta betina, ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air, dan kalian mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air pada hari yang ditentukan"
. (Asy Syu'araa': 155)
Mereka hanya dibenarkan mengambil susu tersebut ketika hari giliran unta mukjizat tersebut meminum air sumur. Susu unta betina itu dapat diambil oleh seluruh kaum Tsamud sebanyak manapun namun susu tersebut tidak akan kering.
Namun lama kelamaan kaum Tsamud mula ingin membolot kesemua air yang ada lalu merencana untuk membunuh ibu unta dan anaknya itu.
Rencana membunuh unta tersebut disepakati oleh kesemua kaum Tsamud yang kafir lalu sembilan orang dari mereka bersedia untuk menjayakan rencana tersebut.
Akhirnya mereka membunuh unta tersebut sehinggakan Allah berfirman "Dan adalah di kota itu (Al Hijr) sembilan orang laki-laki yang membuat kerosakan di muka bumi dan mereka tidak berbuat kebaikan" (An Naml: 48)
Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu.” (QS. Al-Israa’: 59)
Berita pembunuhan itu sampai keoada Nabi Saleh lalu baginda pergi mendapatkan kaumnya lantas menangis melihat unta yang telah mati dan memberi ancaman kepada kaumnya.
"Mereka kemudiannya menyembelih unta itu, lalu berkatalah Nabi Soleh kepada mereka: Bersenang-senanglah kamu di tempat masing-masing selama tiga hari; tempoh yang demikian itu, ialah suatu janji yang tidak dapat didustakan" (Hud: 65)
Ibn Katsir berkata bahawa pembunuhan tersebut berlaku pada hari Rabu. Kemudian pada petang hari tersebut, kesembilan pembunuh unta merencana untuk membunuh Nabi Saleh pula. Mereka merencana namun rencana Allah akan tetap berlaku.
Allah menggambarkan perihal mereka itu: "Mereka berkata, ‘bersumpahlah kalian dengan nama Allah bahawa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya (iaitu Nabi Saleh) dengan tiba-tiba beserta keluarganya pada malam hari. Kemudian kita katakan kepada warisnya bahawa kita tidak menyaksikan kematian kelurganya itu dan sesungguhnya kita adalah orang-orang yang benar.’ Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar pula, sedang mereka tidak menyadarinya. Maka perhatikanlah bagaimana sesungguhnya akibat makar mereka itu" (An Naml: 49-51)
Pada malam itu merekapun bergerak ke rumah Nabi Saleh namun Allah mengirim batu-batu lalu mengempap mereka hingga hancur.
Pada keesokannya iaitu hari Khamis, muka orang-orang kafir kelihatan menguning seperti ancaman yang telah dikhabarkan oleh Nabi Saleh kepada mereka. Masuk hari kedua iaitu hari Jumaat, wajah-wajah mereka berubah menjadi merah pula. Dan pada hari ketiga iaitu Sabtu - yang merupakan hari dimana kaum Tsamud selalu bersenang-senang - wajah mereka bertukar hitam.
Ibn Katsir menulis tentang hari pembinasaan kaun Tsamud: "Kemudian terbitlah matahari dari Timur (iaitu pada hari Ahad), maka muncullah suara keras dari langit dan gempa yang sangat dahsyat dari bawah mereka menyerang mereka, sehingga meninggal dan nyawa orang-orang pun melayang dalam satu waktu".
Seluruh kaum Tsamud yang kufur meninggal ketika itu melainkan seorang hamba wanita dan seorang lelaki. Hamba wanita itu lumpuh kakinya, bernama Kalbah binti as-Salaq dan dia juga dipanggil dengan sebutan Ad Dzari'ah. Dia sangat memusuhi Nabi Saleh dan membenci dakwah yang disampaikan oleh Baginda.
Ketika sesudah gemba terjadi, dia daoat berjalan lalu berangkat menuju keoada kabilah yang terdekat seterusnya menceritakan tentang kejadian yang menimpa kaumnya. Sesudah itu dia meminta air untuk diminum. Setelah meminumnya dia pun mati.
Seorang lagi kaum Tsamud yang tidak ditimoa gempa pada hari Ahad tersebut adalah Abu Rughal yang ketika itu berada di Al Haram. Setelah dia keluar dari Al Haram, sebuah batu dari langit menhentamnya lalu diapun mati.
Kaum Tsamud yang selamat hanyalah yang beriman keoada Allah dan bersama Nabi Saleh.
"Maka ketika datang azab kami, kami selamatkan Saleh beserta umatnya yang beriman, dengan rahmat dari Kami, dan Kami selamatkan mereka dari azab serta kehinaan hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia lah Yang Maha Kuat, lagi Maha Kuasa. Dan orang-orang yang zalim itu, dibinasakan oleh satu letusan suara yang menggempakan bumi, lalu menjadilah mereka mayat-mayat yang tersungkur di tempat tinggal masing-masing. (Mereka punah-ranah) seolah-olah mereka tidak pernah tinggal di situ. Ketahuilah! Sesungguhnya kaum Tsamud itu kufurkan Tuhan mereka. Ketahuilah! Sesungguhnya kebinasaanlah akhirnya bagi kaum Tsamud". (Hud: 66 - 68)
Mungkin dari keturunan kaum Tsamud yang beriman inilah kelak kaum Tsamud kembali berkembang sehingga kewujudan mereka dicatit dalam inskripsi ditemukan lewat kemudian. Antaranya adalah Inskripsi Sargon dari Raja Sargon II pemerintah Kerajaan Assyria yang berkuasa dari 722 hingga 705 SM. Dalam peristiwa ketika menawan Sumeria, dinyatakan tentang tawanan dari kaum Tsamud.
"Kaum Tsamud, (kaum Ibadid), Marsiman dan Khapayan, suku-suku Arab yang jauh, yang mendiami padang pasir, yang tidak diketahui oleh seorang sarjana atau utusan, dan yang tidak pernah menyampaikan ufti mereka kepada raja-raja aku (ayah), aku menyembelih untuk melayani (Dewa) Assur, dan mengangkut apa yang tersisa dari mereka, meletakkannya di kota Sumeria"
Seterusnya Madain Saleh ini dihuni oleh suku Arab Al-Anbaat (Nabatea) setelah mereka merampasnya dari Kerajaan Lihyanite. Dianggarkan mereka menduduki Madain Saleh ini sekitar kurun pertama SM dan dihapuskan pada 106M dengan penaklukan Romawi.
Para penyelidik dan ahli arkeologi percaya bahawa orang Nabatea adalah penduduk pertama yang menetap di Madain Saleh dan pembangunnya yang asli.
Kerajaan mereka terbentang luas, dari ibu kota mereka di Sila (Perta, Jordan) hinggalah ke Al Hijr. Dapatlah dikatakan yang Madain Saleh ini adalah bandar kedua setelah Petra yang berada di Ma'an, Jordan.
Sedangkan umat Islam percaya Al Hijr itu telah lama didiami manusia sejak ribuan tahun sebelum kamu Nabatea datang. Kaum yang mula memahat bukit batu untuk dijadikan rumah kediaman adalah Kaum Tsamud.
Kata Allah "Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah..."
Merekalah yang mula-mula memahat bukit batu di Madain Saleh untuk dijadikan rumah, sehingga ketika Nabi sampai ke kawasan tersebut maka nabi mengingatkan kaum Muslimin.
Mungkin setelah zaman berlalu maka kaum Nabatea datang ke Madain Saleh lalu membangunkan kembali kota tersebut dengan senibina mereka.
Apapun yang pasti dan terbukti benar itu adalah Kalam Tuhan, sedangkan pandangan dan kajian-kajian manusia itu bisa salah, termasuk tulisan ini.
Wallahu'alam.
___________________________
Abu Amru Radzi Othman
Telegram: https://t.me/gerakanpenamy
_____________________________
Comments
Post a Comment